Publik kini rame-rame geram dengan adanya rencana pembangunan Museum Kerinci di Malaysia. Malaysia pun menjadi sasaran caci maki dengan alasan nasionalisme. Padahal kalau dipikir secara jernih, niat pemerintah Malaysia untuk memuseumkan kebudayaan Kerinci adalah suatu hal yang baik bagi kelangsungan berbagai barang pusaka tersebut. Bukankah pemerintah Indonesia memang tidak begitu peduli dengan peninggalan budayanya?
Sumber foto: kompas.com
Cobalah anda jalan-jalan ke berbagai daerah Indonesia dan telusuri jejak kebudayaannya. Berapa banyak daerah yang mengelola artepak-artepak kebudayaannya secara serius? Tahukah anda bahwa sebagian besar jejak peninggalan kebudayaan Indonesia justru berada di Belanda, dan itu menurut saya lebih baik dibanding berada di negeri sendiri tapi tak terurus. Kabar terakhir, sebuah benteng di Makassar akan dijadikan sebagai tempat permainan meskipun ‘tertunda’ karena kuatnya desakan publik.
Maka berterimakasilah pada Belanda dan juga Malaysia yang justru lebih peduli dengan kebudayaan bangsa kita. Kepedulian Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia sebenarnya bukanlah semata-mata persoalan caplok-mencaplok. Itu karena sebagian besar warga Malaysia sendiri memiliki keterkaitan emosional yang kuat dengan Indonesia. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sendiri adalah keturunan bangsawan Makassar. Musik Indonesia juga sangat digandrungi di Malaysia. Kenapa seperti itu? Karena itu bentuk kerinduan mereka akan leluhur mereka, akan asal muasal mereka.
Jadi kenapa kita harus mencerca niat baik Malaysia?? Mereka bukan bangsa maling sebagaimana selama ini dituduhkan dengan memplesetkannya menjadi ‘Malingsia’, mereka hanya beretiket baik dengan menawarkan sesuatu yang pemerintah kita tak bisa penuhi. Mereka justru adalah bangsa yang sadar budaya. Sementara kita sendiri adalah bangsa yang tidak pernah mampu menjaga apa yang kita miliki.

Sumber foto: kompas.com
Cobalah anda jalan-jalan ke berbagai daerah Indonesia dan telusuri jejak kebudayaannya. Berapa banyak daerah yang mengelola artepak-artepak kebudayaannya secara serius? Tahukah anda bahwa sebagian besar jejak peninggalan kebudayaan Indonesia justru berada di Belanda, dan itu menurut saya lebih baik dibanding berada di negeri sendiri tapi tak terurus. Kabar terakhir, sebuah benteng di Makassar akan dijadikan sebagai tempat permainan meskipun ‘tertunda’ karena kuatnya desakan publik.
Benteng Somba Opu di Makassar sempat akan dijadikan sbg tempat pusat permainan (Sumber foto: majalahversi.com)
Maka berterimakasilah pada Belanda dan juga Malaysia yang justru lebih peduli dengan kebudayaan bangsa kita. Kepedulian Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia sebenarnya bukanlah semata-mata persoalan caplok-mencaplok. Itu karena sebagian besar warga Malaysia sendiri memiliki keterkaitan emosional yang kuat dengan Indonesia. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sendiri adalah keturunan bangsawan Makassar. Musik Indonesia juga sangat digandrungi di Malaysia. Kenapa seperti itu? Karena itu bentuk kerinduan mereka akan leluhur mereka, akan asal muasal mereka.
Jadi kenapa kita harus mencerca niat baik Malaysia?? Mereka bukan bangsa maling sebagaimana selama ini dituduhkan dengan memplesetkannya menjadi ‘Malingsia’, mereka hanya beretiket baik dengan menawarkan sesuatu yang pemerintah kita tak bisa penuhi. Mereka justru adalah bangsa yang sadar budaya. Sementara kita sendiri adalah bangsa yang tidak pernah mampu menjaga apa yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar