Minggu, 01 Mei 2011

Industri Sarabba Sachet: Minuman Tradisional Makassar yang Semakin Diminati

Oleh Wahyu Chandra

Khazanah kuliner nusantara tak pernah habis untuk digali. Begitu banyak makanan dan minuman lokal yang bila dikemas dan disajikan secara elegan akan mampu diterima dimana pun secara global melintasi batas geografis dan kebudayaan. Salah satu contohnya adalah minuman Sarabba.
Bagi masyarakat Bugis – Makassar, Sarabba dikenal sebagai minuman yang tidak hanya nikmat untuk dikonsumsi, dengan cita rasa dan aromanya yang khas, tapi juga sebagai minuman obat jika kondisi sedang flu, masuk angin, atau saat cuaca dingin. Rasanya yang segar dan pedas mampu menghangatkan tubuh. Minuman ini biasanya dikonsumsi di saat-saat santai, khususnya malam hari, ditemani dengan pisang ataupun ubi goreng.
Potensinya sebagai minuman yang tidak hanya nikmat tapi juga berkhasiat sebagai obatlah kemudian yang mendorong banyak orang untuk melakoninya sebagai jenis usaha yang prosfektif untuk diusahakan. Termasuk yang dilakukan oleh Zukri Parabus yang kemudian mengemas minuman ini dalam bentuk sachet, dengan nama produk Sukma Jahe.
            Zukri Parabus memulai usahanya sejak tahun 2008 lalu. Ide untuk menjalankan bisnis Sarabba sachet ini diakuinya sudah ada sejak dia menjadi mahasiswa di Jurusan Teknologi Pertanian UNHAS Makassar.
“Dulu kita sering melakukan baksos, salah satu aktivitas yang biasa dilakukan adalah membuat Sarabba. Saya sering berpikir, mungkin nda ya Sarabba ini dibuat dalam bentuk sachet?” katanya.
             Sarabba adalah sejenis minuman olahan berbahan jahe dan gula merah atau gula aren serta dicampur santan. Karena dinilai tidak tahan lama dan kurang sehat jika dikonsumsi dalam jangka lama, maka Zukri mengganti bahan santan ini dengan kreamer berbahan ubi kayu. Penggunaan kreamer ini menurutnya justru membuat rasa minumannya jauh lebih nikmat.
“Jadi selain lebih tahan lama, juga lebih nikmat.” Jika menggunakan santan diakuinya minuman ini takkan tahan dalam sehari.
Di awal usaha ia hanya mempekerjakan 2 orang dengan produksi 500 sachet perhari. Kini dengan pekerja 6 orang ia telah memproduksi 2500 sachet per harinya. Modal usaha dulunya dari uang pribadi, kini Zukri mengakui mendapatkan tambahan modal dari bank yang memiliki program pemberdayaan UMKM.
Kalau dulu ia memulai usahanya dengan modal Rp 60 juta, kini usahanya sudah beromzet ratusan juta dalam sebulannya. Apalagi wilayah pemasarannya yang kian meluas.
Di awal usahanya pemasaran dilakukan terbatas di Jabotabek. “Kalau di Jawa dan Sunda minuman ini memang banyak disukai,” ujar Zukri. Kini jangkauan usahanya sudah merambah ke berbagai daerah di Indonesia.
         “Kita masih paling banyak di Jabotabek, namun pemesanan dari daerah lain terus meningkat, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulsel.” Meskipun belum memiliki agen penyalur di Kalimantan, namun pemesanan dari sejumlah daerah Kalimantan juga sudah banyak.
       Produksi Sukma Jahe ini sendiri dilakukan di Bekasi Utara. Pemilihan Bekasi sebagai tempat usaha diakuinya lebih karena persoalan akses ke sumber daya. “Kalau di Bekasi ini akses kita ke sumberdaya lebih mudah, khususnya untuk Gula Aren organik yang di daerah lain sangat susah diperoleh,” ujar Zukri.
Zukri mengakui saat ini baru memiliki 1 jenis produk untuk usahanya ini, namun ia mencita-citakan untuk melakukan disparitas usaha melalui pengkayaan produk dalam hal rasa. Saran dari konsumen untuk hal ini sudah sangat banyak. “Ada yang minta lebih dipedesin atau terlalu pedes. Ada juga yang menyarankan ada rasa coklat,” katanya.
Harga untuk penjualan diakuinya masih bervariasi, yaitu berkisar antara Rp 10 ribu – Rp 15 ribu/dos, dengan mempertimbangkan lokasi penjualan. Dalam satu dos terdiri atas 5 sachet 30 g.
Persaingan di industri minuman berbahan jahe ini diakui sangat besar, namun Zukri optimis mampu bersaing dengan produk lain, meski harga jual mereka sedikit lebih tinggi dibanding sejumlah produk serupa dari perusahaan lain. Hal ini diakuinya karena produk mereka memiliki keunikan tersendiri dalam hal rasa dan juga lebih sehat.
“Setidaknya ini bisa menjadi minuman alternatif pengganti minuman berkafein,” ujarnya.
Di Makassar sendiri usaha ini sudah memiliki 4 agen penjualan dan masih terbuka bagi distributor lain yang ingin bekerjasama. “yang penting mereka melaporkan dimana lokasi penjualan, sehingga tidak tyerjadi overlap antara satu distributor dengan distribur lainnya,” katanya.
            Strategi pemasaran selain melalui promosi langsung dan ikut serta di pameran-pameran, juga melalui internet, yaitu blog dan facebook. Informasi tentang produknya ini diakui Zukri banyak diketahui konsumen dari informasi internet. Sukma Jahe di facebook dapat diakses pada akun “Sukma Jahe - Sarabba' Instant Makassar”, selain itu juga memiliki blog di www.monityjaya.wordpress.com.
         Zukri mengakui sangat bangga dengan produk yang dihasilkannya ini. “Kami mencoba memperkenalkan minuman asal daerah kami ini agar bisa dikenal secara luas secara nasional,” ujar lelaki kelahiran Makassar suami dari Rita Suryaningsih ini.

Untuk info lebih lanjut :
Hubungi :


~ Wilayah JABODETABEK dan Sumatra:
Rita,
Taman Wisma Asri Blok C 10/ 4,Bekasi Utara 17121
Telp/ HP : +62 21 320 12770,+62 813 8561 8998


~Wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya:
Asrianti Ambo Ala (0811 288 500)


~Wilayah Jawa Timur dan sekitarnya:
Isa Winarsih (0856 3268 474)


~Wil Makassar, Sulawesi Selatan dan sekitarnya:
Arni Ema Sari (0813 9480 2577)
Idiyah (0852 5588 7766)
Hendra Lemana (0815 2438 9519)
Ruslan Hariyanto (0815 2497 1991)


Email : monityjaya@yahoo.com, sukmajahe@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar