Siapa bilang tingkat kesadaran masyarakat rendah untuk mengikuti Pilpres? Anggapan ini setidaknya termentahkan dengan melihat semangat Haji.R dalam mencari TPS untuk ikut mencontreng dengan bermodalkan kopian Kartu Keluarga (KK).
Sekitar pukul 8.30 Wita, Haji.R, berumur sekitar 70-an tahun, warga BTN Asal Mula, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, dengan sepeda bututnya datang ke TPS 14 dengan maksud ikut mencontreng. Sebelum masuk ke TPS ia bertanya kepada saya, dimana ia bisa mendaftar untuk pencontrengan. Saya pada saat itu kebetulan sedang menunggui teman yang lagi menunaikan haknya sebagai warga negara yang baik. Saya sendiri sebelumnya sudah mencontreng di TPS sebelah (TPS 16). Saya lalu menunjukkan tempat pendaftaran pencontrengan (TPS 14) yang tepat di depan saya. Ia kelihatan bingung. Katanya ia tidak mendapat undangan untuk ikut mencontreng. Ia juga tidak punya KTP, meskipun ia tahu namanya ada di DPT. Hanya saja sekarang ia bingung karena tidak mengetahui pasti di TPS mana namanya terdaftar. Ia mendapat informasi kalau namanya ada di TPS yang berada di daerah sekitar pemondokan mahasiswa UNHAS, yang berjarak sekitar 200 m dari kediamannya. Di kawasan pemondokan mahasiswa Unhas Tamalanrea sendiri – yang terletak di Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalnarea , Makassar—terdapat 3 TPS yang berdekatan, yaitu TPS 14, 15 dan 16. Ia lalu memperlihatkan kopian KK yang dimilikinya. Saya pun menemaninya ke petugas pendaftaran. Karena hanya memiliki kopian KK, petugas KPPS awalnya menolak untuk melayani. Petugas KPPS itu berdalih tidak bisa melayani karena bisa saja kopian itu sudah direkayasa. “Tidak bisa dilayani kalau hanya kopiannya Pak. Nanti saksi protes,” kata petugas itu sambil menunjuk ke dua orang saksi yang ada di TPS itu (Saksi pasangan SBY-Budiono dan JK-Wiranto). Pada saat itu TPS masih sepi. Saya menyarankan untuk dicek saja, karena menghargai usaha orang tua itu. Petugas KPPS lainnya pun mengabulkan permintaan itu. Setelah beberapa saat dicek ternyata nama orang tua itu tidak terdapat dalam daftar pemilih.
Pak Haji itu kelihatan kecewa dan segera menuju sepedanya. “Saya akan cek di TPS sebelah, mudah-mudahan nama saya ada di situ,” katanya. Pada pemilihan legislatif lalu ia mengaku tidak ikut mencontreng, tapi untuk Pilpres ini ia memaksakan untuk ikut. “Saya punya calon andalan dan mudah-mudahan suara saya bisa membantu. Ini bentuk sedekah saya padanya,” katanya tanpa menyebut nama calon yang dimaksud.
Ia pun mengendarai sepedanya menuju ke TPS 16, yang berjarak sekitar 75 meter dari TPS 14. Sekitar sepuluh menit kemudian saya bertemu kembali dengannya di jalan. Katanya, namanya juga tidak terdapat di TPS 16. “Mungkin ada di TPS 15,” ungkapnya dengan ngos-ngosan. Keringat mengucur di wajahnya karena panas matahari pagi yang terik. “Kalau di TPS 15 juga tidak ada, mungkin ada di TPS lainnya,” ujarnya lagi, sambil bertanya lokasi TPS lain yang terdekat dari lokasi tersebut.
Ia mengaku bertekad untuk mencari TPS dimana namanya tercantum, dimana pun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar