Sabtu, 28 November 2009

Film 2012 Biasa-Biasa Aja Koq!

Setelah sekian lama menunggu redanya demam film 2012, yang kemungkinan karena munculnya sekuel Twilight, New Moon, yang banyak diminati anak-anak remaja, akhirnya saya berkesempatan menikmati film yang berdurasi (terasa) agak panjang ini di salah satu bioskop 21. Studionya pun tidak penuh, seperti sebelum-sebelumnya dan sebagian penonton sudah berusia uzur. Karena maraknya polemik tentang film ini dengan adanya fatwa larangan MUI di sejumlah daerah, saya tentu saja berupaya berkonsenterasi penuh menyimak film ini. Mencari bagian-bagian yang kemungkinan dijadikan rujukan MUI untuk mengeluarkan fatwa larangan menonton. Di benak saja, akan ada dialog-dialog yang bersifat SARA dan menyudutkan agama Islam, sebagaimana dituduhkan MUI. Namun hingga film ini berakhir, koq saya tidak menemukan dialog itu ataukah mungkin sudah disensor ulang dan saya luput mengikuti dialognya dalam bahasa inggris karena terpaku dengan teks Indonesia yang ada?? wallahu alam. Dalam film itu malah digambarkan Vatikan sebagai pusat dari agama Katolik dunia tak luput dari hantaman gempa berskala 9.4 R, yang meluluhlantakkannya, hingga Paus yang sempat melakukan kotbah sebelumnya ikut tertimbun bangunan ibadah miliknya sendiri. Justru umat Katolik lah yang seharusnya protes dengan film ini.



Saya benar-benar bingung di bagian mana dari film itu yang kotraversial. Penilaian saya tentang film ini benar-benar biasa-biasa saja, sama dengan film-film bertema kiamat yang pernah saya nonton sebelumnya, seperti misalnya the Day After Tomorrow. Film ini bahkan terasa begitu menggelikan karena sebagian besar adegan dan dialognya bersifat seperti sangat dipaksakan dan klise. Misalnya pertentangan tokohnya tentang nilai kemanusiaan, yang benar-benar sangat klise, tak punya kedalaman, mudah ditebak dan sangat teatrikal. Belum lagi banyaknya adegan-adegan heroik yang lebih mirip film komedi dibanding fiksi ilmiah. Bagaimana mungkin mobil dan pesawat bisa kejar-kejaran dan berkelit dengan ledakan dan reruntuhan yang mengejar di belakangnya. Belum lagi penyebab bencana, yang awalnya disebutkan karena pengaruh matahari yang labil, tapi yang terjadi gempa dan bumi yang merekah dan tsunami di laut yang bukan lautan terbuka. Tak ada keterkaitan yang bisa menghubungkan antara penyebab bencana dan bencana yang terjadi.

Film ini jelas-jelas, sebagaimana fim Hollywood lainnya, hanya mengandalkan special effect sebagai jualannya dan tentu saja tema kiamat 2012 yang memang sedang booming di masyarakat. Salah seorang teman yang tinggal di Eropa mengatakan fim ini tidak begitu antusias ditonton di sana dan tidak sekontraversial seperti yang tertjadi di negara kita, karena benar-benar dinilai biasa-biasa saja.

Film ini bebar-benar tak memberi hal yang baru bagi saya, karena buku ilmiah yang pernah saya baca tentang Kiamat 2012 jelas sangat jauh dari apa yang digambarkan film ini. Film ini mungkin tidak akan menjadi sangat booming jika saja tak ada fatwa dari MUI, yang justru membuat masyarakat semakin penasaran untuk menonton film ini….wah jangan-jangan…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar