Menkes yang terhormat:
Namanya Ummi Darmiati, bocah kelas enam sekolah dasar di salah satu SD di Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulbar. Sejak dua tahun lalu ia menderita penyakit yang aneh. Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh ulat dan rasa sakit pun dideranya dari dagu kepala, lengan dan pahanya. Karena tergolong keluarganya tergolong pra-sejahtera atau miskin maka selama ini tak ada upaya membawanya ke RS.
Ia baru dibawa ke RS setelah beberapa hari lalu tak sadarkan diri. Di RS pun ia tak mendapatkan pelayanan yang memadai karena kurangnya fasilitas dan pemahamam dokter tentang penyakit yg diderita oleh pasien. satu-satunya harapan untuk menyembuhkan Ummi adalah membawanya ke RS dengan fasilitas memadai dan dukungan dokter ahli. Tapi lagi-lagi itu sulit terwujudkan karena ketidakmampuan ekonomi keluarga Umi.
Pertanyaannya, kemana pemerintah pada saat-saat seperti ini?
Pengobatan untuk Umi akan sangat jauh dari nilai 6,7 triliun yang dikorupsi ‘entah siapa’. Bahkan nilainya pun akan secuil kuku dari anggaran kesehatan daerah, tapi kenapa pemerintah selalu abai dan alpa dengan kasus-kasus yg menimpa seperti halnya Umi?
Janganlah pemerintah menunggu inisiatif warga untuk menolong sesama seperti halnya yang terjadi pada Prita. Koin warga cukuplah bagi Prita saja. Sudah cukup pemerintah dipecundangi oleh warganya sendiri hanya karena ketidakpeduliannya pada masyarakat yg seharusnya dilayaninya.
Kepada Menkes dan jajarannya, tolong perhatikanlah apa yg menimpa Ummi. Mungkin ia hanya seorang dari sekian ratus juta warga Indonesia. Tetapi sebagaimana halnya sebuah tubuh, Ummi adalah bagian yg terpisahkan dari Indonesia. Jika ia tak terabaikan, maka sama saja kita mengabaikan seluruh rakyat Indonesia.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar