Judul : The Power
Penulis : Rhonda Byerne
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun : 2010
Halaman : 295+xii
Setelah sukses dengan bukunya ‘The Secret’, yang konon mengispirasi jutaan orang di dunia dalam mengubah sudut pandang mereka akan hidup dan kehidupan, Rhonda Byerne menulis buku lain yang tak kalah jauh berbobotnya berjudul ‘The Power’.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun : 2010
Halaman : 295+xii
Setelah sukses dengan bukunya ‘The Secret’, yang konon mengispirasi jutaan orang di dunia dalam mengubah sudut pandang mereka akan hidup dan kehidupan, Rhonda Byerne menulis buku lain yang tak kalah jauh berbobotnya berjudul ‘The Power’.
Sama dengan yang ditulisnya di The Secret, pada bukunya kali ini Byerne
juga membeberkan kekuatan hukum tarik menarik semesta sebagai kekuatan tak
terhingga, yang membentuk perilaku dan jalan hidup manusia. Dunia akan bekerja
sebagaimana yang kau pikirkan. Begitulah kira-kira tesis utama dari kedua buku
ini.
Pada The Power ini, Byerne pun banyak
mengutip ungkapan-ungkapan bijak dari tokoh-tokoh sejarah yang dinilai memiliki
persepsi dengan tesis yang dibangunnya, mulai dari tokoh-tokoh spritual seperti
Yesus, Muhammad, Gandhi, Paulus, hingga pengarang-pengarang klasik semisal
Prentice Mulford, Robert Browning, dan sebagainya.
Dalam buku The Power ini, menurut Byerne, daya
untuk segala sesuatu yang positif dan menyenangkan itu adalah cinta, karena ‘bila
anda mencintai, anda sedang menggunakan sang daya di alam semesta’, kata
Byerne.
Hanya saja cinta
yang dimaksud Byerne dalam buku ini bukanlah cinta yang dipahami sebagian besar
orang. Cinta dalam hal ini bukan sekedar cinta dalam keluarga, teman dan cinta
terhadap berbagai kesenangan, karena cinta buakn hanya perasaan; cinta adalah
kekuatan positif. Cinta tidak lemah dan cengeng atau lembek. Cinta adalah
kekuatan positif kehidupan. Cinta adalah sumber segala sesuatu yang psoitif dan
indah. Kekuatan positif dalam hidup ini tidaklah berjumlah seratus; melainkan
hanya satu. Itulah CINTA.
Buku ini menarik
untuk dibaca karena selain menggunakan bahasa yang santai dan mudah dicerna,
juga memberi pemahaman baru tentang diri dan alam semesta serta hubungan
manusia dengan alam semesta sebagai suatu kesatuan kosmis yang tak terpisahkan.
Byerne tak sedang mengajarkan dogma atau nilai-nilai tertentu, tetapi lebih
pada penanaman kesadaran positif bagaimana alam semesta ini bekerja sebagai
suatu symponi yang harmonis dengan manusia dan semua makhluk sekitarnya. Alam
semesta akan bekerja sebagaimana pikiran dan perilaku manusia yang mendiaminya.
Konsep yang sebenarnya tak asing bagi penganut paham new age.
Cinta memang
menjadi fokus utama dalma buku ini dan terus diulang-ulang pembahasannya
dihampir setiap paragraf, namun itu tidak menjadikan buku ini membosankan untuk
dibaca. Byerne juga memberikan contoh-contoh atau kisah nyata yang dia dan
orang-orang alami ketika menerapkan konsepsi ini.
Apa yang
dibeberkan Byerne dalam buku ini sebenarnya bersumber utama dari agama-agama
yang ada di dunia ini. Dalam Islam cinta dan keikhlasan adalah tema yang
memiliki tempat istimewa, khususnya dalam Islam sufisme, yang memang meletekkan
ajarannya pada ajaran cinta. Yang berbeda adalah lebih pada arah tuju dan
pemaknaan cinta. Jika Byerne menggambarkan kekuatan semesta sebagai sumber
utama dari segala arah laku manusia, maka dalam ajaran Islam hukum semesta
adalah sebagai cara Allah bekerja. Semesta adalah makhluk sebagaimana halnya
manusia dan makhluk-makhluk lainnya yang bekerja hanya semata atas se izinNya. Jika
Byerne tak memberikan label agama dalam tulisannya ini mungkin semata agar buku
ini bisa dibaca oleh siapapun, baik dia beragama ataupun tidak. Byerne dalam
hal ini hanyalah seorang ‘penemu’ dari sebagian kecil bagaimana Allah bekerja
dengan hukum-hukumnya.
Buku ini layak
untuk dibaca meskipun kita harus tetap kritis, karena bagaiamana pun sebuah
pemikiran selalu memiliki keterbatasan. Ide besar tentang bagaimana ‘cinta’
bekerja sebagai elemen penting penggerak kehidupan tentunya suatu pemikiran
yang sangat menarik, karena sebagaimana pemahaman para sufisme Islam, jika
bukan karena Cinta maka Allah takkan pernah menciptakan kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar