Sabtu, 07 Mei 2011

Kisah Bankir dan Nelayan

Setelah beberapa jam memancing di laut, seorang nelayan kembali ke darat dan menambatkan perahunya di pelabuhan di sebuah kota pinggir laut. Ia telah menangkap ikan tuna. Seorang bankir yang kebetulan lewat di tempat itu memulai percakapan dengan sang nelayan.

“Ini adalah ikan tuna yang bagus. Berapa lama kau menangkapnya?”

“Dua jam,” jawab si nelayan.

“Mengapa kau tak memancing lebih lama dan menangkap ikan lebih banyak?”

“Ini sudah lebih dari cukup bagi keluargaku.”

“Oh begitu. Apa yang kau lakukan di sisa hari setelah melaut?” tanya bankir itu kembali.

“Aku bangun agak siang, makan pagi dengan santai sambil membaca surat kabar, bermain dengan cucu-cucuku, dan berjalan-jalan di taman dengan istriku. Di malam hari aku minum teh dan bermain gitar di sebuah kafe.”

Bankir itu kemudian memberi saran, “Dengar. Saya memiliki gelar MBA dan bekerja di sebuah bank besar. Saranku, kau harus meluangkan lebih banyak waktu untuk memancing. Dengan penjualan ikan-ikan tuna ini kau dapat menggunakan keuntungannya untuk membeli perahu yang lebih besar. Kemudian kau dapat menangkap lebih banyak ikan tuna dan kemudian membeli perahu lebih banyak. Akhirnya kau akan memiliki sebuah armada kapal pukat ikan. Dengan memiliki kuantitas ikan yang besar, kau tidak perlu menjualnya melalui makelar, kau bisa langsung menjualnya ke pasar. Kemudian kau dapat membuka pabrik pengalengan dan menjual tuna dalam kaleng. Kau dapat memperluas bisnismu dan mengendalikan pasar. Akhirnya kau dapat meninggalkan kota kecil ini dan mendirikan kantor pusat di ibukota.”

“Berapa lama dibutuhkan untuk semua itu?” tanya nelayan tersebut.

“Mungkin 10 sampai 15 tahun.”

“Lalu, apa yang terjadi setelah itu?” tanya nelayan itu kembali.

Bankir itu tertawa, “lalu kau dapat mendaftarkan perusahaan-perusahaanmu di BEJ. Kau menerbitkan saham ke masyarakat dan kau akan menjadi miliader.”

“Aku mengerti. Miliaran rupiah. Nah, apa yang akan kulakukan setelah semua itu tercapai?”

Bankir itu kembali tersenyum, kali ini sedikit merendahkan, “kau akan pensiun. Kau dapat pindah ke desa kecil pesisir, tidur lebih lama, makan pagi dengan santai, pergi memancing, meluangkan waktu dengan cucu-cucumu, membaca, minum kopi, berjalan-jalan di taman, minum anggur dan bermain gitar dengan teman-temanmu.”

Nelayan itu tertawa, “Ini persis seperti yang aku lakukan sekarang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar