Sabtu, 07 Mei 2011

Saya Korban 'Tulah' Buku

Buku memang memiliki kekuatan dalam membentuk pemikiran seseorang. Konon, ketika buku masih merupakan buku langka, ketika Guttenberg belum menemukan mesin cetak, hanya orang-orang tertentu dan terpilih saja yang bisa (boleh) memiliki buku. Injil hanya bisa dimiliki oleh para petinggi gereja katolik, Al Quran masih mengandalkan hapalan-hapalan syaikh (guru). Kitab-kitab ditulis di atas berbagai media (kulit, daun kering, bambu, papan, kain dan bahkan pada batu-batu yang dipahat). ‘Tulah’ buku-buku tersebut seampuh apa yang terkandung di dalamnya.
Buku-buku kemudian mengalami masa transformasi dan ketika mesin cetak ditemukan Guttenberg, buku-buku mulai diproduksi secara massal dimulai dengan pencetakan Injil, yang mengawali reformasi protestan di Jerman (Injil ini kemudian dinamai Injil Guttenberg).

Meski mengalami proses transformasi yang sedemikian pesatnya, ‘tulah’ buku tak pernah hilang, meski kini dimaknai secara berbeda. Buku-buku adalah katalisator dalam evolusi kesadaran manusia. Buku-bukulah yang telah melahirkan revolusi komunisme Mao di China dan Lenin dan Uni Sovyet. Buku-bukulah yang mendasari pembantaian Hitler atas kaum Yahudi. Dan buku-buku pulalah yang mentransformasi pemikiran saya, seorang awam yang sedikit maniak pada buku.

Buku-buku memang telah banyak mengubah per-kehidupan saya dan saya yakin, siapa pun juga di dunia ini, termasuk anda. 

Saya masih ingat sejumlah buku yang telah merubah sudut pandang saya dengan sangat ekstrim. Satu di antaranya karangan Asghar Ali Engineer berjudul “Islam dan Teologi Pembebasan”. Engineer adalah seorang tokoh muslim moderat asal India yang juga dekat Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dalam hal pemikiran, kedua tokoh ini memang memiliki persamaan pemikiran yang memandang Islam secara inklusive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar